foto pribadi
Hallo, teman-teman pembacaku yang setia! Apa kabar? Sehat-sehat kita ya…jangan sampai kena virus Corona ya…baiklah dalam edisi kali ini aku menuliskan kisah trisula. Bukan punya Aquaman itu lhoo…lalu, apa? Ya, sudah baca sampai tuntas biar puas.
Ohhh, iya bantu bagikan kepada teman-teman, saudara atau siapapun kenalan kalian ya! Minta mereka untuk mendaftar juga di situs ini. Teman-teman juga boleh berikan komentar dan masukan terkait tulisan yang muncul. Segala komentar ataupun saran akan kujadikan masukan untuk edisi selanjutnya. Terima kasih.
Salam.
============================================================================
Dunia benar-benar sedang mengalami turbulensi sekaligus disrupsi mahadahsyat. Tidak hanya dalam hal perubahan lansekap teknologi, hal yang sama juga mengekor dalam bidang ekonomi dan penyakit. Dua hal terakhir memang bukan sesuatu yang benar-benar baru. Namun ada pembedanya, sekaligus penyatunya. Ibarat trisula. Namun bukan trisula Aquaman itu, lohhhJ.
Mari kita kupas satu per satu ketiga bagian trisula itu. Pertama, krisis perang dagang dunia yang dimotori oleh negara Paman Sam (Uncle Sam) dan negara Kungfu Panda….uuppss…Tiongkok itu. Kedua raksasa ekonomi dunia ini berselisih paha….eehh, maaf, berselisih paham soal dagangan mereka. Amerika mengklaim barang-barang Tiongkok lebih banyak masuk ke negeri-nya Trump itu. Tidak adil katanya. Apalagi barang-barang dari Tiongkok terkenal lebih murah.
Sementara itu, barang-barang dari Amerika lebih sedikit masuk dan, kabarnya, lebih mahal. Tak tahu pasti mengapa lebih mahal. Apakah karena gaji buruh di Amerika lebih tinggi, sementara di Tiongkok lebih rendah sehingga mereka bisa jual lebih murah ke Amerika. Sekilas ini hanya masalah hukum dagang beserta supply and demand semata. Di luar itu, saya rasa ada banyak hal-hal teknis lainnya. Mungkin bisa dibahas di lain waktu.
Kedua, banting harga minyak dunia. Banting harga alias diskon besar-besaran ini dicetuskan oleh Arab Saudi melalui putra mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MbS). Pemicunya karena salah satu negara penghasil minyak dunia, Rusia --- negara di luar OPEC--- tidak mau menurunkan kapasitas produksi minyak harian mereka sebagaimana diminta oleh negara-negara anggota OPEC selepas bersidang di markas besar mereka di Wina, Austria, kemarin itu.
Jauh-jauh hari sebelum penolakan Rusia, negara-negara OPEC pun sudah kelimpungan tidak lagi bisa menikmati kejayaan minyak mereka yang pernah menembus angka US$100 per barel. Penyebabnya, ya… Amerika karena mereka tidak lagi mengimpor minyak dalam skala besar dari OPEC bersebab temuan teknologi minyak/gas baru bernama shale gas yang mampu menyedot gas dari serpihan-serpihan bebatuan perut bumi.
Apa yang dilakukan Arab Saudi? Langsung saja mereka ambil keputusan sepihak memutuskan menggenjot kapasitas produksi dari 9,7 juta barel/hari menjadi 12,3 juta barel/hari. Diikuti oleh Uni Emirat Arab yang menaikkan produksi minyak mereka dari 4 juta barel menjadi 5 juta barel/ hari. Efektif mulai berlaku April mendatang. Rusia juga menaikkan produksi minyaknya sebesar setengah juta barel.
Yang ketiga, naik statusnya level wabah virus Corona (Covid-19) dari endemis --- mewabah di satu atau beberapa wilayah negara--- menjadi pandemi --- menyebar hampir ke seluruh wilayah dan negara di dunia. Menjadi bencana dunia. Ini kebalikan dari pemahaman naik status secara umum di mana naik status identik dengan kebahagiaan bin kesejahteraan. Yang ada malah menambah keresahan.
Beberapa pemimpin atau tokoh dunia pun sudah positif terkena virus ini, antara lain:
Iran
Wakil Presiden Urusan Wanita dan Keluarga, Mashoumeh Ebtekar.
Wakil Menteri Kesehatan Iran, Iraj Harirchi
Penasihat Presiden Iran, Mohammad Mirmohammadi
Penasihat Menteri Luar Negeri (Menlu), Hossein Sheikholeslam
Prancis
Menteri Kebudayaan Franck Riester
Inggris
Menteri Kesehatan Inggris, Nadine Dorries
Spanyol
Menteri Kesetaraan Spanyol Irene Montero
Wakil Perdana Menteri Pablo Iglesias
Aktor/aktris
Amerika Serikat
Tom Hanks
photo: internet (encrypted-tbn2.gstatic.com
Sementara itu menurut data terbaru yang dirilis oleh situs www.worldometers.info, total penderita virus Corona ini telah mencapai angka 134.702 kasus di seluruh dunia, dengan angka kematian sebesar 4.979, sembuh sebesar 70.381. Sementara itu sebesar 59.342 (kasus aktif) masih terjangkit virus di mana sebesar 53. 348 (90%) berstatus dalam keadaan kondisi terinfeksi ringan, sedangkan sebesar 5. 994 (10%) dalam keadaan serius atau kritis.
Sekali lagi, ini kasus pertama di dunia di mana setidaknya ada tiga kejadian besar yang terjadi bersamaan: perang dagang Amerika Serikat – Tiongkok, banjir/cuci gudang minyak dunia, dan mewabahnya virus Corona (Covid-19) ke seluruh dunia (pandemi).
Lantas, sebutan apa yang pantas kita sematkan pada situasi ini, suka atau duka? Atau???