Selamat Datang, Danau Toba!
Tidakkah Anda ingin tahu lebih banyak tentang Danau Toba, cerita-cerita mistisnya, legendanya, keunikan, keindahan, orang-orangnya, budayanya, ritualnya dan masih banyak lagi?
Akhirnya, setelah menunggu hampir selama satu dekade (tepatnya sembilan tahun sejak 2011), salah satu organ utama PBB yang menaungi masalah pendidikan, sosial, dan budaya, yaitu UNESCO telah menetapkan kaldera Toba atau kawasan Danau Toba menjadi Cagar Geologi cum Budaya Dunia pada tanggal 7 Juli 2020.
Penetapan ini dilakukan dalam sidang paripurna ke-209 organ tersebut di Paris, Perancis. Sebelumnya, Indonesia telah mengirimkan proposal pengajuan kawasan Danau Toba menjadi kawasan cagar geologis dan budaya dunia pada tahun 2014 dan 2017. Namun, kedua usaha tersebut menemui kegagalan disebabkan beberapa faktor yang belum terpenuhi.
Oleh sebab itulah, kabar ini merupakan kabar gembira tersendiri bagi masyarakat Batak secara khusus dan Indonesia serta dunia secara luas. Ada harapan baru yang terbersit di sana.
Kabar baik ini sekaligus pelipur lara di tengah-tengah makin merebaknya penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia dan dunia. Luar biasa pencapaian ini. Tidak mudah. Tapi bisa. Semua orang senang mendengarnya.
Nah, apa kaitannya dengan wabah virus corona tersebut? Kaitan tersebut terletak pada kehidupan normal baru yang telah ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO). Proses tersebut telah dimulai di awal bulan Juli ini. Hal tersebut didasari oleh kepentingan menggerakkan kembali roda perekonomian dunia yang sempat terganggu.
Tentunya pembukaan kembali roda perekonomian dunia ini mesti dibarengi dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat. Agar ekonomi bisa segera berputar kembali. Supaya masyarakat bisa bangkit kembali.
Ekonomi harus berputar karena manusia perlu melanjutkan hidupnya dengan segala risiko yang ada. Tentunya juga dilakukan dengan meminimalkan dampak yang ada. Oleh karena itu, penetapan kawasan Danau Toba menjadi cagar geoligi-budaya dunia adalah salah satu upaya untuk memutar kembali roda perekonomian di kawasan. Jika ekonomi berjalan, maka hal tersebut akan menghidupkan seluruh dunia. Sebab, manusia adalah makhluk ekonomi.
Tidak diragukan lagi, persetujuan akan penetapan Danau Toba sebagai kawasan geopark dunia telah memberikan stimulus yang kuat bagi masyarakat di seputar area tersebut. Stimulus tersebut nantinya berupa kedatangan turis-turis lokal dan mancanegara dalam jumlah besar. Hal ini akan sangat realistis sebab kawasan tersebut sudah ditetapkan menjadi kawasan wisata unggulan oleh Presiden Jokowi. Danau Toba adalah Bali baru. Monaco of Asia. Begitulah tagarnya.
Tak bisa disangkal, datangnya para wisatawan ataupun pelancong ke kawasan dimaksud akan memantik perputaran uang dalam jumlah besar. Uang akan mengalir di Danau Toba. Ekonomi akan memompa aliran darah kehidupan ke seluruh penjuru kawasan. Memberikan hidup yang lebih baik. Itu harapan yang terbentang di depan.
Sudah terbayang jelas di pelupuk mata saya, dan mungkin juga kita semua, bahwa akan ada ribuan kegembiraan, kebahagiaan, dan kenangan-kenangan tak terlupakan nantinya di sana. Baik dari warga setempat maupun dari para pengunjung. Banyak orang yang sudah tak sabar lagi untuk mengunjungi dan kembali mengunjungi tempat ini. Tentunya dengan wajah dan tatanan baru yang lebih baik dan ramah pengunjung.
Normal Baru
Akan tetapi, dalam pola-pola hidup yang baru ini, semua pihak haruslah mematuhi segala ketentuan protokol kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah mengacu kepada standar kesehatan kehidupan baru WHO. Ketentuan-ketentuan itu antara lain, menjaga jarak, menghindari kerumunan massal, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir ataupun dengan pembersih tangan (hand sanitizer).
Hal ini mungkin tidak nyaman bagi kita semua. Memang sesuatu yang baru memerlukan waktu untuk menjadi kebiasaan baru. Manusia tak punya pilihan lain kecuali harus mengikuti protokol kesehatan tersebut dengan tertib dan disiplin, sembari menunggu ditemukannya vaksin Covid-19. Ini semua demi kesehatan dan keselamatan seluruh umat manusia. Mudah-mudahan vaksin tersebut segera ditemukan.
Di lain kesempatan, terkait konfirmasi diterimanya kaldera Toba sebagai kawasan geopark global, Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, mengucapkan rasa terima kasihnya perihal hal tersebut. “ Kami mengucapkan terima kasih kepada UNESCO atas pengumuman tersebut. Kami harap seluruh dunia akan mengenal kawasan Danau Toba sebagai sebuah kawasan wisata utama dunia,” ujar Nikson Nababan.
tribun medan
Terkait penetapan tersebut, semua pihak harus bekerja keras dan bekerja sama membangun kawasan ini. Pemerintah pusat harus memulainya dengan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan pemerintah dan masyarakat setempat. Hal ini perlu dilaksanakan agar masyarakat di seputar kawasan danau tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya.
“Sekarang semuanya tergantung pada pemerintah pusat, bagaimana caranya agar kami dapat meningkatkan kapasitas penduduk lokal, menata kawasan ini agar menjadi kawasan cagar geologis-budaya dan wisata berkelas dunia, dan memperbaiki sembari membangun fasilitas-fasilitas lama dan baru yang mendukung ke arah tercapainya kawasan Danau Toba menjadi kawasan internasional. Ujung dari semua ini adalah membaiknya taraf kehidupan ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, salah seorang pengamat sosial dan budaya, Thompson Hutasoit, menyampaikan bahwa penetapan tersebut sedikit mengobati kekecewaan akan pembatalan Festival Danau Toba 2020 akibat pandemi Covid-19 yang seyogianya akan dilaksanakan pada tanggal 6-9 Juli kemarin. Dia mengatakan bahwa manajemen pengelolaan cagar budaya oleh UNESCO sebaiknya berdasarkan sisi ekologisnya, yang juga dikenal sebagai wisata ekologi.
“Praktik pengelolaan terbaik wisata ekologi ini haruslah menjadi prioritas terkait kawasan kaldera Toba. Setelah itu, barulah bisa dilanjutkan dengan menjalankan tata kelola cagar budaya global,” lanjutnya.
Dia juga berharap bahwa dengan standar UNESCO, pengelolaan kawasan Danau Toba ini tidak tumpang tindih, terutama dengan para pihak yang memiliki pandangan ekologis terkait keanekaragaman hayati, geologi dan budaya.
Wikipedia
Hal ini, ujarnya, dikarenakan bahwa pandangan ekologis berdasarkan ketiga keanekaragaman tersebut berkaitan erat dengan hak asasi masyarakat adat setempat yang sudah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sesuai dengan Resolusi Juni 2006.
Sekarang hasil jerih payah memperjuangkan kawasan Danau Toba sebagai wilayah cagar geologi-budaya dunia sudah sukses dan berbuah manis. Kini waktunya untuk bekerja lebih giat dan cermat untuk menjaga kepercayaan dunia ini. Bersama kita bisa melakukannya.
Selamat datang, Danau Toba!