Nyamuk is the Worst Killer
Bukan si Corona, Tuan dan Puan, Bro n Sis, tetapi nyamuklah pembunuh umat manusia terbesar. Nyamuk si raja K.O.
foto: internet
Hallo, para pembaca setiaku! Ketemu lagi dengan saya melalui tulisan ini. Kali ini saya tampilkan artikel tentang “tokoh” pembunuh massal umat manusia. Siapa dia? Silakan dibaca dan jangan lupa dibagikan kepada teman-teman yang lain ya, siapa saja! Ajak juga mereka untuk BERLANGGANAN di sini agar semuanya dapat kiriman berita dan informasi berkualitas.
Terima Kasih.
===========================================================================
Setop dulu pembahasan virus corona barang sejenak. Di samping mewabahnya virus ini, di beberapa tempat di Tanah Air mulai berjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang juga mulai menelan korban. Saya tidak bermaksud untuk menambah beban pikiran kita masing-masing. Tujuan saya agar kita juga waspada terhadap potensi penyakit lain yang ada di sekitar kita.
Baiklah, mari kita lanjut.
Awalnya, kita semua paham bahwa di setiap bulan yang berakhiran ber, semisal September, dan Oktober, pastilah akan turun hujan dengan intensitas tinggi. Hal ini sudah menjadi semacam pengetahuan umum. Jikalaupun belakangan “kepercayaan” ini bergeser karena di bulan lainnya juga turun hujan dengan volume yang besar, niscaya itu semua karena perubahan iklim. Hal ini setidaknya menurut hasil penelitian.
Oleh karena turun hujan dengan curah yang tinggi, maka bermunculanlah ketidaknyamanan, antara lain banjir, jalan dan bangunan tergenang, dan penyakit.
Bicara tentang penyakit, salah satu jenisnya berasal dari nyamuk. Nyamuk adalah jenis hewan penyebar penyakit sekaligus penyumbang kematian terbesar di dunia, bukan dari singa, harimau, serigala, ataupun ikan hiu sebagai monster laut paling menakutkan. Bukan hewan besar itu semua.
Keganasan dan kepiawaian nyamuk dalam mem-veto-kan hak hidup manusia sudah berlangsung lama, berabad-abad. Korbannya sudah jutaan manusia.
Raja K.O.
Nyamuk, terutama varian aedes aegypti dan aedes albopictus masih merajai daftar hewan pembunuh manusia paling bengis dan sadis yang tercatat dalam sejarah. Selagi kebebalan manusia masih eksis di dunia, barangkali ia akan menjadi pemegang rekor abadi pembunuh umat manusia.
Bisa jadi, sekalipun telah membaca artikel ini berkali-kali, mayoritas manusia di dunia ini masih tak percaya dengan klaim ini. Sebab manusia tak akan mudah percaya jika tidak merasakan langsung akibatnya. Inilah yang saya sebut bebal itu.
Perlu diketahui, manusia tidaklah sekuat dugaannya sendiri. Otak encer, fisik prima bukanlah jaminan yang sepadan menghadapi makhluk ini. Bahkan preman paling kuat atau atlet paling tangguh sekalipun pasti dijamin kalah apabila telat mendapatkan pertolongan setelah digigit oleh nyamuk jenis aedes ini.
Kenapa bisa begitu? Bukankah nyamuk adalah hewan sepele yang sekali pencet langsung K.O? Apa hebatnya? Tentu sangat hebat, Tuan dan Puan! Berdasarkan rilis data dari www.livescience.com, hingga saat ini --- walaupun manusia telah sampai ke Bulan dan bersiap-siap mendarat di Mars ---belum ada satupun teknologi atau pengetahuan manusia yang betul-betul mampu membinasakan hewan pembawa sial berukuran 1/8-3/4 inc (0.3-2 cm) dan berat 0.000088 Oz ( 2.5 mg ) ini.
Kesialan yang sudah dimulai sejak beberapa abad lalu, terhitung sejak epidemi yellow fever di Amerika Serikat tahun 1793 yang membunuh setidaknya 5.000 orang, merenggut nyawa jutaan orang setelahnya, dan ratusan juta lainnya menderita akibat penyakit yang ditransmisikannya hingga hari ini. Berdasarkan data yang tercatat, lebih kurang satu juta penduduk dunia tewas setiap tahunnya. (http://www.oxitec.com/health/mosquito-borne-diseases/)
Oleh karena itu, maka menjadi wajarlah kecemasan sekaligus ketakutan yang dirasakan penduduk dunia. Beberapa waktu lalu kita mendengar mewabahnya satu jenis penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes ini, yaitu virus zika.
Zika, virus yang pada awalnya berasal dari monyet dan ditemukan di Uganda pada 1947, kembali muncul dan menyebar di negara-negara Amerika Latin (Brasil, Kolombia) hingga ke beberapa negara lain di luar benua Amerika. Bahkan, WHO pun telah menetapkan status waspada.
Selain zika, nyamuk aedes ini juga menyebarkan berbagai virus penyakit, antara lain malaria, yellow fever, demam berdarah dengue hingga chikungunya. Korban masif yang ditimbulkan oleh berbagai jenis penyakit inilah yang menjustifikasi hewan ini sebagi hewan paling mematikan di seluruh dunia.
Dari keseluruhan pencetus penyakit tersebut, semuanya identik dengan masalah kesehatan lingkungan dan pribadi manusia itu sendiri. Apalagi sekarang ini tengah musim hujan. Pastilah lingkungan tempat tinggal manusia menjadi kurang higienis dan rentan menjadi tempat bersarang dan berkembangbiaknya nyamuk aedes ini.
Tempat-tempat yang tergenang seperti selokan yang tumpat, bak kamar mandi yang jarang dikuras dan dibersihkan, botol-botol bekas dan vas-vas bunga yang tergenang air, pakaian-pakaian yang tergantung di kamar tidur, tumpukan pakaian, taman-taman rumah dan pekarangan yang kurang mendapat pencahayaan sinar matahari adalah medium favorit bagi regenerasi nyamuk ini.
Selain itu, galian-galian yang berserak dan menganga di sejumlah ruas jalan inti kota pun turut menyumbang bagi berkembangbiaknya nyamuk ini. Setali tiga uang, terus gencarnya pembangunan kawasan pemukiman padat yang kurang memerhatikan sanitasi dan distribusi pencahayaan matahari juga turut berkontribusi.
Menganvaskan Nyamuk
Ibarat berada di ring tinju, manusia pun sebenarnya bisa dengan mudah meng-K.O-kan alias mengkanvaskan nyamuk. Tentu ada syarat dan ketentuannya.
Pertama, manusia harus menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan serta pribadi masing-masing dengan cara sederhana membersihkan bak-bak kamar mandi ataupun penampungan air lainnya secara regular, tidak menggantung pakaian terlalu lama di kamar tidur apalagi jika minim mendapatkan pencahayaan, membersihkan drainase sekitar dengan memastikan aliran airnya berjalan lancar, memastikan seluruh ruangan dan lokasi yang ada di dalam maupun luar ruangan mendapatkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang merata serta memadai.
Kedua, saling bergotong-royong dengan para tetangga dan masyarakat lain di sekitar lingkungan untuk menerapkan zona dan hari bersih dan sehat. Maksudnya adalah menerapkan satu hari khusus dalam sepekan dan zona tertentu sebagai kawasan percontohan yang bebas nyamuk serta sehat dan bersih. Untuk hal ini, perlu sosialisasi terus-menerus yang melibatkan aparatur setempat bekerjasama dengan tokoh masyarakat.
Ketiga, khusus bagi pemerintah perlu ada upaya penjadwalan ulang perbaikan dan rehabilitasi jalan-jalan rusak ataupun proyek-proyek galian lainnya dengan cara tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di waktu musim penghujan.
Sebab, selain mengurangi kualitas pekerjaan, hal tersebut kerap menimbulkan kesemrawutan yang masif, kemacetan lalulintas yang parah, peluang terjadinya kecelakaan yang lebih tinggi, dan yang perlu dicamkan bisa memicu berkembangbiaknya nyamuk disebabkan genangan-genangan air yang terlalu lama teronggok.
Sejujurnya hal ini adalah permasalahan klasik manusia. Begitupun, manusia sering lupa, lalai dan menganggap remeh-temeh persoalan ini. Manusia baru akan tersentak dan tersadar manakala sudah jatuh korban nyawa. Perilaku yang menunjukkan rendahnya tanggung jawab dan nalar pribadi dan kolektif masyarakat itu sendiri.
Anjuran dan nasihat mencegah adalah lebih baik daripada mengobati tampak tidak dijalankan dengan baik. Manusia cenderung lebih suka berdarah-darah dahulu baru kemudian menghapus darah tersebut. Tidak sayang dengan nyawanya sendiri ataupun orang lain yang terdampak. Tidak peduli dengan menggunungnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan.
Hal-hal sederhana yang bisa diperbuat untuk menangkal dampak mematikan sebagai efek dari mewabahnya suatu jenis penyakit belum menjadi prioritas. Manusia menjadi egois kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Adalah suatu hal yang paradoksal manakala manusia dengan segala kebanggaan akan kecanggihan teknologinya harus tersungkur jatuh oleh makhluk kecil berisik bercorak hitam putih nirteknologi itu.