virus corona baru (internet)
Keras kepala dan ngeyel. Itu memang salah satu sifat dasar orang Indonesia. Akibatnya, ya susah dibilangin. Seperti situasi sekarang ini. Di tengah situasi pandemic alias merajalelanya si novel itu. Bukan Novel B yang itu, yaooo…tapi novel covid-19, bahasa kerennya n-Covid 19.
Gimana gak dibilang ngeyel coba. Disuruh diam, eeehhh malah bergerak. Disuruh belajar di rumah, yaaa malah piknik ke mana-mana. Disuruh belajar di rumah, eehhh malah main bareng teman-teman. Disuruh diam di rumah, ya elah malah keluyuran sana-sini.
Ya, saya tahu. Kebiasaan orang Indonesia itu memang ngumpul bareng. Kayak judul film Makan Nggak Makan yang Penting Ngumpul itu. Sosialnya tinggi, katanya. Tapi yang ini beda banget, Bos! Makin loe ngumpul, makin senang deh itu barang, eeeehhh virus. Makin pesta pora dia dan teman-temannya. Ada santapan empuk nih, pikir mereka. Sebaliknya, kita manusia makin mampus, maaf, makin habis. Jadi, bagaimana? Masih mau ngumpul atau di rumah saja?
Berikutnya, jaga jarak aman sesama manusia, ya! Paling tidak jaraknya 1,5 meter antara satu manusia dengan manusia yang lain. Bahasa londonya social distancing atau physical distancing. Biar keminggrisan dikit. Hahahaha…lantas apa lagi? Gak boleh pakai pakaian (contohnya handuk) ataupun alat makan/minum orang lain. Pakai punya sendiri-sendiri saja. Labeli atau bikin mereknya biar tidak tertukar. Kemudian, makan dan minum makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, yang mengadung vitiamin, terutama vitamin c. Kita semua bisa makan jeruk, minum jahe, makan nasi, ikan, sayuran, buah dan susu (4 sehat 5 sempurnaJ).
Selain makan dan minum, pikiran juga tidak boleh stress. Harus rileks alias santui kata kawan awak yang kekinian itu. Iya, santui. Emang ada gunanya apa kalau kita stress apalagi depresi? Yang rugi,kan, kita sendiri. Jadi, sekali lagi, santui yaaa! Caranya sering-sering saja bermain di rumah dengan anggota keluarga yang lain (anak, abang/adik, orangtua), baca-baca buku, menulis, menggambar dan mewarnai, merawat tanaman atau hewan peliharaan (kalau ada), olahraga, bersih-bersih rumah dan pekarangan, menonton (tapi jangan terlalu lama) atau mendengarkan musik, pakai masker kalau kurang sehat (kalau sehat gak usah, entar jadi kepo lagi), jangan baca berita bohong dan bodong, apalagi ikut-ikutan menyebarkan dan sama-sama berdoalah kita biar virus ini cepat berlalu. Bukankah badai selalu berlalu?
-foto pribadi-
Selain itu, mari hilangkan pernyataan konyol hidup dan mati di tangan Tuhan dalam situasi seperti ini. Hal ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan hal tersebut. Kita diberikan Tuhan akal untuk menimbang mana yang baik dan benar sekaligus menentukan logis atau tidak segala sesuatu yang berada dan berkembang di sekitar kita. Ini pelajaran bagi kita apakah kita sudah lulus memakai otak atau belum. Jangan mati konyol dengan pemikiran seperti itu. Tuhan sangat tidak suka dengan orang-orang konyol yang malas berpikir dan bernalar logis dalam kasus virus ini. Jangan sampai kita passed away dengan label made by Covid-19. Nggak lucu dehhh.
Buat pemerintah, tolong pastikan kebutuhan pokok kami tetap terpenuhi ya biar perasaan kami tidak was-was. Sejauh ini memang masih terpenuhi dan semoga tetap terpenuhi. Ini penting, jika sewaktu-waktu ada pembatasan yang lebih ketat dank eras, tidak timbul kepanikan. Karena kami dengar ada sejumlah wilayah di Tanah Air yang mau buat lockdown alias karantina lokal. Ini harus jelas bagaimana prosedurnya supaya tidak terjadi kebingungan. Ini masalah sentuh dikit langsung aktif alias SENSITIF.
Bagi yang mau mudik, mungkin bisa dipertimbangkan untuk tidak mudik sesuai imbauan pemerintah. Memang masih imbauan tapi sangat layak dipertimbangkan. Jangan sampai DIPAKSA baru mengerti. Tujuannya satu: untuk memutus mata rantai penyebaran virus lunak nan kasatmata ini, si nCovid-19 makin melunjak ke mana-mana. Sebab terlalu mahal harga yang harus kita tanggung apabila si virus ini sampai menyebar ke wilayah-wilayah terpencil (baca: kampong atau desa) kita masing-masing yang masih nirvirus.